Ilmu Sosial Dasar
Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dampak positif,
namun apabila masyarakat tidak bisa menyesuaikan diri maka ilmu pengetahuan dan
penguasaan masyarakat akan rendah, akibatnya masyarakat tersebut akan dilanda
kemiskinan. Namun, apabila masyarakat mampu beradaptasi dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, niscaya masyarakat akan mampu
bersaing dan bertahan di era globalisasi ini.
Jadi keterkaitan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kemiskinan sangat erat, serta berbanding lurus, yang artinya, semakin
dikuasainya ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan semakin berkualitas
tingkat eknominya, begitu pula sebaliknya, semakin sedikit ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki, maka kemiskinan akan melandanya.
1. Ilmu Pengetahuan
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal
atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat),
yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu
merupakan pengetahun tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu
terkait.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya,
ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan
tersebut.
Jadi ilmu
Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional,
sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat
dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif.
B. Empat Hal Sikap Yang Ilmiah
Untuk
mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang
bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan
ilmiah yang obeyktif
2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi
supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap
hipotesis yang ada
3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun
terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu
telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
2. Teknologi
A. Pengertian Teknologi
Teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan
cara mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala
nilai yang ada. Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis
serta untuk mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi.
B. Ciri - Ciri
Fenomana Teknik Pada Masyarakat
Fenomena
teknik paa masyarakat ikini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri
sebagia berikut :
1.
Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh
teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
2.
Artifisialitas, artinya selalu membuat
sesuatu yang buatan tidak alamiah
3.
Otomatisme, artinya dalam hal metode,
organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan
teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis
4.
Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
5.
Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling
berinteraksi dan saling bergantung
6.
Universalisme, artinya teknik melampaui
batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
7.
Otonomi artinya teknik berkembang menurut
prinsip-prinsip sendiri.
C. Ciri – Ciri Teknologi Barat
Teknologi tepat guna sering tidak berdaya menghadapi teknologi Barat,
yang sering masuk dengan ditunggangi oleh segelintir orang atau kelompok yang
bermodal besar. Ciri-ciri teknologi Barat tersebut adalah:
1.
Serba intensif dalam
segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dll. Sehingga lebih akrab
dengan kaum elit daripada dengan buruh itu sendiri.
2.
Dalam struktur
sosial, teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
3.
Kosmologi atau
pandangan teknologi Barat adlaah menganggap dirinya sebagai pusat yang lain
feriferi, waktu berkaitan dengan kemanjuan secara linier, memahami realitas
secara terpisah dan berpandangan manusia sebagai tuan atau mengambil jarak
dengan alam.
3. Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Nilai
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Nilai
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan
dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya
melalui kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai
paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai proses
karena ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam,
manusia dan perilakunya baik secara individu atau kelompok. Apa yang dihasilkan
ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, merupakan hasil penalaran (rasio) secara
objektif. Ilmu sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode
keilmuwan yang diakui secara umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu
ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah
mapan suatu saat dapat ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena
ilmu selain universal, komunal, juga alat meyakinkan sekaligus dapat skeptis,
tidak begitu saja mudah menerima kebenaran.
Istilah ilmu diatas, berbeda dengan istilah
pengetahuan. Ilmu adalah diperoleh melalui kegiatan metode ilmiah
(epistemologi) yang merupakan pembahasan bagaimana mendapatkan pengetahuan.
Epistemologi ilmu terjamin dalam kegiatan metode ilmiah (èkegiatan meyusun
tubuh pengetahuan yang bersifat logis, penjabaran hipotesis dengan deduksi dan
verifikasi atau menguji kebenarannya secara faktual; sehingga kegiatannya
disingkat menjadi logis-hipotesis-verifikasi atau deduksi-hipotesis-verifikasi).
Sedangkan pengetahuan adalah pikiran
atau pemahaman diluar atau tanpa kegiatan metode ilmiah, sifatnya dapat
dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak pada kenyataan empiris. Sumber
pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman berdasarkan akal sehat (common sense)
yang disertasi mencoba-coba, intuisi (pengetahuan yang diperoleh tanpa
pembalaran) dan wahyu (merupakan pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada para
Nabi atau UtusanNya).
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki 3 (tiga) komponen penyangga
tubuh pengetahuan yang disusunnya dimana ketiganya erat kaitannya dengan nilai
moral yaitu:
1.
Ontologis (Objek
Formal Pengetahuan)
Ontologis dapat diartikan hakikat apa yang dikaji oleh
pengetahuan, sehingga jelas ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahannya
2.
Epistemologis
Epistemologis seperti diuraikan diatas hanyalah
merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh
pengetahuan.
3.
Aksiologis
Aksiologis adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan
atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Kaitan ilmu dan teknologi dengan nilai moral, berasal dari ekses
penerapan ilmu dan teknologi sendiri. Dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi
menjadi dua golongan:
1.
Golongan yang
menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral terhadap nilai-nilai baik
secara ontologis maupun aksiologis, soal penggunaannya terserah kepada si
ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau buruk. Golongan
ini berasumsi bahwa kebenaran itu dijunjung tinggi sebagai nilai, sehingga
nilai-nilai kemanusiaan lainnya dikorbankan demi teknologi.
2.
Golongan yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya dalam batas-batas
metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan penelitiannya harus
berlandaskan pada asas-asa moral atau nilai-nilai. Golongan ini berasumsi bahwa
ilmuwan telah mengetahui ekses-ekses yang terjadi apabila ilmu dan teknologi
disalahgunakan.
Nampaknya ilmuwan golongan kedua yang patut kita
masyarakatkan sikapnya sehingga ilmuwan terbebas dari kecenderungan “pelacuran”
dibidang ilmu dan teknologi dengan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
4. Kemiskinan
A. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian,
tempat berteduh, dan lain-lain.
B. Ciri – Ciri Manusia yang Hidup di Bawah Garis
Kemiskinan
Berdasarkan
ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri
sebagai berikut :
1. Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal,
ketrampilan. Dll
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan
kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
C. Fungsi Kemiskinan
Menurut teori Fungsionalis dari Statifikasi (tokohnya Davis), kemiskinan
memiliki sejumlah fungsi yaitu:
1.
Fungsi Ekonomi
Penyediaan tenaga untuk pekerjaan tertentu menimbulkan
dana sosial, membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas
(masyarakat pemulung).
2.
Fungsi Sosial
Meninmbulkan altruisme (kebaikan spontan) dan
perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran
kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya badan amal.
3.
Fungsi Kultural
Sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber
inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama
manusia.
4.
Fungsi Politik
Berfungsi sebagai kelompok gelisan atau masyarakat
marginal untuk musuh bersaing bagi kelompok lain.
Walaupun kemiskinan mempunyai fungsi, bukan berarti
menyetujui lembaga tersebut. Tetapi karena kemiskinan berfungsi maka harus
dicarikan fungsi lain sebagai pengganti.
Reference:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar