Ilmu Budaya Dasar
Manusia dan Cinta Kasih
Cinta kasih merupakan paduan dua kata yang mengandung arti psikologis yang dalam, yang sulit didefinisikan dengan rangkaian kata-kata. Mungkin cinta baru dapat dimengerti dan dirasakan bagi orang yang sudah atau sedang dirundung cinta. Cinta kasih merupakan anugerah Allah SWT. kepada ummat-Nya, manusia makhluk yang paling sempurna dan sebagai khalifah-Nya dimuka bumi tercinta ini.
1. Pengertian Cinta Kasih
A. Pengertian Cinta Kasih
Cinta kasih dapat dirumuskan secara sederhana sebagai perasaan kasih sayang, kemesraan, belas kasihan, dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Sehingga menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhan.
Cinta memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab ia merupakan landasan kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak-anak. Ia adalah landasan hubungan erat di masyarakat dan pembentukan hubungan-hubungan manusiawi yang akrab. Ia adalah pengikat yang kokoh dalam hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Dan membuatnya ikhlas berkorban, ikhlas dalam menyembah-Nya., mengikuti jalan-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
B. Tiga Unsur Tentang Cinta
1. Cinta Kepada Allah
Merupakan puncak cinta manusia yang paling jernih dan yang dapat memberikan tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik dan sosial. Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupan dan menundukkan semua bentuk cinta yang lainnya.
Cinta ini akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah dan seluruh alam semesta. Sebab, dalam pandangannya semua wujud yang ada di sekelilingnya merupakan manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-kerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.
Firman Allah:
“Katakanlah: jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Imran : 31).
Ibnul Qayyim, dalam kitabnya Madariyus Shalihin Juz 1 halaman 99, mengatakan: “Pokok ibadah adalah cinta kepada Allah, bahkan mengkhususkan cinta hanya kepada Allah, tidak mencintai yang lain, bersamaan mencintai-Nya. Ia mencintai sesuatu hanyalah karena Allah dan jalan Allah.”
Demikianlah jalan cinta, berawal dari perintah Ilahi, berakhir dengan ketaatan insani.
2. Cinta Kepada Rasulullah
Cinta kepada Rasul menduduki peringkat kedua setelah cinta kepada Allah. Karena Rasul merupakan ideal yang sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya. Sebagaimana dikemukakan Al-Qur’an:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam : 4)
Beliau kekasih Allah yang berjuang dengan segala daya dan kemampuan sehingga akidah yang suci murni ini dapat eksis di bumi. Iman dan agama Allah dapat berkembang di dunia manusia. Disamping itu dibimbingnya pula para makhluk menuju kepada al-Khalik.
3. Cinta Orang Tua
Anak merupakan buah alami dari kuatnya kasih sayang suami istri. Status sebagai ayah dan ibu merupakan kedudukan mulia, penuh makna sebagai ekspresi bahwa Tuhan telah menumpahkan rahmat-Nya, sehingga keduanya saling dipenuhi rasa kasih sayang dan perasaan terikat satu sama lain secara langgeng.
Cinta orang tua kepada anak-anaknya tidak boleh sama sekali diselingi keraguan. Cinta semacam itu merupakan tanda ke-Tuhanan dan suatu rahmat yang besar bagi kemanusiaan.
Allah berfirman: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang.” (QS. Ar-Rum : 21)
C. Tiga Unsur dalam Segitiga Cinta
Menurut Dr. Salito W. Sarwono dalam artikel yang berjudul Segitiga Cinta, bukan cinta segitiga dikatakan bahwa cinta yang ideal memiliki 3 unsur, yaitu:
1. Keterikatan, adalah perasaan untuk hanya bersama orang yang dicintai, segala prioritas hanya untuk dia.
2. Keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa tidak ada jarak lagi, sehingga panggilan normal diganti dengan sekedar nama panggilan
3. Kemesraan, yaitu rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen apabila jauh atau lama tak bertemu, ucapan-ucapan yang menyatakan sayang, saling mencium, merangkul dan sebagainya.
D. Tiga Tingkatan Cinta
Tingkatan kemesraan/cinta dapat dibedakan berdasarkan umur, yaitu :
1. Kemesraan dalam Tingkat Remaja, terjadi dalam masa puber. Pubertas yaitu dimana masa remaja memiliki kematangan organ kelamin yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat
2. Kemesraan dalam Rumah Tangga, terjadi antara pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada tahun tahun awal perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun bila sudah agak lama biasanya semakin berkurang.
3. Kemesraan Manusia Usia Lanjut, kemesraan juga dapat diteruskan dalam masa manusia usia lanjut (manula). Pandangan lama mengatakan, bahwa kalau manusia sudah usia lanjut, sudah menjadi kakek dan nenek tidak pantas lagi untuk bermesraan. Kemesraan bagi manula dapat diwujudkan dalam makan, duduk, jalan-jalan, menonton televisi atau membaca kora bersama-sama.
2. Cinta Menurut Ajaran Agama
A. Berbagai Bentuk Cinta
Dalam kehidupan manusia, cinta tampak dalam berbagai bentuk. Ada seseorang yang mencintai dirinya sendiri, ada yang mencintai orang lain juga istri/suami dan anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasulnya. Bentuk cinta tersebut dapat kita lihat di kitab suci Al-Qur’an.
1. Cinta Diri
Cinta diri memiliki kaitan yang erat dengan dorongan untuk menjaga diri. Manusia ingin tetap hidup, mengembangkan potensi diri, dan untuk melakukan sesuatu agar tujuannya tercapai. Ia mencintai sesuatu yang memberikan kebaikan padanya. Ia membenci hal-hal yang menghalangi untuk sesuatu yang dia inginkan, dan membenci segala sesuatu yang mendatangkan sakit dan bahaya.
Al-Qur’an mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri yang menuntut segala sesuatu untuk dirinya yang memberikan manfaat dan guna dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan dirinya. Nabi Muhammad SAW mengucapkan bahwa seandainya Beliau mengetahui hal-hal gaib, tentu Beliau akan memperbanyak hal-hal baik untuk dirinya dan menjauhkan diri dari segala keburukan.
Gejala bahwa manusia mencintai dirinya sendiri adalah rasa cintanya yang berlebih terhadap harta, yang dapat membuat seseorang memudahkan segala cara untuk mendapatkan kesenangan dan kemewahan hidup. (QS Al-Adiyat, 100:8)
Lalu manusia itu akan membuat permohonan yang terus menerus agar dirinya diberikan harta, kesehatan, dan berbagai kebaikan hidup lainnya. Jika ia mendapatkan keburukan, maka ia merasa putus asa. (QS Fushilat, 41:49)
Ada baiknya kita manusia mencintai diri sendiri dengan tidak berlebihan dan melewati batas. Kita harus mengimbangi rasa cinta terhadap diri sendiri dan rasa cinta terhadap orang lain.
2. Cinta kepada sesama manusia
Manusia ingin hidup dengan keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya. Ia harus membatasi cinta pada diri sendiri dan rasa egoisnya. Ia juga harus menyeimbangkan cintanya dengan cinta dan kasih sayang pada orang lain dan bekerja sama dengan cara memberikan bantuan kepada orang lain.
Allah memberi isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya, seperti yang terlihat pada keluh kesahnya saat ia berusaha untuk memperoleh kebaikan, setelah itu Allah akan memberi pujian kepada orang yang sedang berusaha untuk tidak melebihkan cinta kepada dirinya sendiri dan melepas diri dengan memperbanyak keimanan seperti sholat, memberikan zakat, bersedekah, dan menjauhi larangan Allah.
Al-Qur’an mengatakan kepada orang-orang yang beriman agar saling mencintai seperti cinta mereka kepada diri sendiri. Itu adalah pengarahan kepada para mukmin agar tidak berlebihan dalam mencintai diri sendiri.
3. Cinta Seksual
Cinta dan dorongan seksual saling berkaitan karena ia membantu keserasian, kasih sayang, dan kerjasama antara pasangannya. Ia merupakan faktor primer bagi hidup keluarga.
Seperti dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 21 yang artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
Dorongan itu adalah fungsi penting yaitu untuk melahirkan keturunan untuk kelangsungan jenis. Lalu, akan terbentuklah sebuah keluarga. Dari sebuah keluarga, maka akan terbentuklah masyarakat dan bangsa dan mereka akan saling mengenal, membuat kebudayaan lebih berkembang, dan ilmu pengetehuan serta industri akan menjadi maju. Islam mengaku cinta seksual yang menyertai dorongan seksual karena merupakan emosi alamiah dalam diri manusia yang tidak ditentang dan tidak iingkari. Islam menyerukan pengendalian dan penguasaan cinta ini harus dengan cara yang sah yaitu pernikahan.
4. Cinta Kebapakan
Ayah dengan anak-anaknya tidak terjalin ikatan fisiologis seperti ibu dengan anak-anaknya. Para ahli ilmu jiwa modem berpendapat bahwa dorongan kebapakan adalah dorongan psikis. Dorongan ini terdapat dalam cinta bapak kepada anak-anaknya karena mereka adalah sumber kebahagiaan baginya, sumber kekuataan dan kebanggan baginya, dan faktor penting bagi kelangsungan hidup seorang ayah. Dalam doa Nabi Zakaria AS yang memohon kepada Allah semoga dikarunia anak yang akan mewarisinya dan keluarga Ya’qub.
Terdapat dalam surah Maryam ayat 4 sampai 6 yang artinya, “Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku di sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai””.
Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an diisyaratkan dalam kisah Nabi Nuh AS. Beliau sangat cinta kepada anaknya, ia memanggil anaknya dengan kasih sayang untuk naik ke perahu agar tidak tenggelam dalam ombak. Cinta itu tampak dalam dia Nabi Nuh AS yang memohon kepada Allah agar anaknya selamat, terdapat dalam surah Hud ayat 45 yang artinya, “Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.”
Seorang ayah menunjukkan rasa sayangnya kepada anak-anaknya dengan cara asuhan, nasihat, dan pengarahan demi kebaikan dan kepentingan anak-anaknya.
5. Cinta kepada Allah
Puncak cinta yang dimiliki manusia khususnya yang beragama Islam adalah cintanya kepads Allah dan kerinduan kepada-Nya. Semua tindakan dan tingkah lakunya juga, tidak hanya sholat, pujian, dan doa saja. Dalam surah Ali Imran ayat 31 yang artinya, “Katakanlah: “Jika kamu 9benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.””
Dalam surah itu dijelaskan bahwa tingkah laku umat-Nya dan tindakan umat itu ditujukan kepada Allah dan mereka mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya.
Cinta seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi pendorong atau kekuatan yang akan mengarahkan manusia itu ke kehidupan yang lebih baik dan mengalahkan rasa cinta terhadap yang lainnya. Namun, manusia itu tetap akan merasakan cinta kepada sesama manusia, hewan, dan semua makhluk Allah dan seluruh alam semesta karena seluruhnya adalah ciptaan Allah.
6. Cinta kepada Rasul
Setelah cinta yang utama yaitu cinta kepada Allah, di peringkat kedua adalah cinta kepada Rasul. Rasul merupakan sosok yang ideal dan sempurna bagi manusia baik dalam berperilaku, moral, maupun sifat baik lainnya. Seorang Hamba yang benar-benar beriman akan mencintai Rasulullah yang telah menanggung derita dakwah Islam, berjuang dengan semangat sehingga agama Islam tersebar di seluruh dunia dan membawa kemanusiaan dari masa kelam menuju cahaya petunjuk.
B. Ayat Al-Qur’an tentang Cinta
(Q.S. Ali imran [3]: 31-32) artinya : katakanlah (muhammad). “jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Katakanlah (Muhammad). “Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, Ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ [٣:١٤]
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran (3): 14)
3. Kasih Sayang
A. Pengertian Kasih Sayang
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poewadarminta, kasih sayang adalah perasaan sayang, cinta, atau suka kepada seseorang.
Kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan di dalam kehidupan rumah tangga. Kasih sayang merupakan pertumbuhan dari cinta. Jika sebuah pasangan memutuskan untuk menikah, maka rumah tangga yang mereka jalani sudah bersifat saling mengasihi dan menumpahkan kasih sayang.
Kasih sayang yang dirasakan manusia sadar atau tidak sadar akan menuntut mereka untuk bertanggung jawab, memberikan kejujuran, pengorbanan, kepercayaan, pengertian, dan saling terbuka sehingga manusia menjadi kesatuan utuh. Bila ada unsur kasih sayang yang hilang maka keutuhan rumah tangga akan retak.
Kasih sayang tidak hanya dapat dirasakan pada manusia dewasa saja tetapi bayi yang baru lahir pun merasakan kasih sayang dari orangtuanya. Bayi dapat merasakan sentuhan dan mengenal suara orangtuanya. Bayi memiliki kepribadian yang dapat mengenali bagaimana sifat orangtuanya.
B. Macam – Macam Cinta Kasih dari Orang Tua
Hal ini berarti orangtua memberikan kasih sayang berupa moral-materil dengan banyak dan anak menerima tanpa memberikan respon. Ini akan membuat anak menjadi takut dan kurang berani dalam bermasyarakat.
1. Orangtua bersifat pasif, anak bersifat aktif
Hal ini berarti anak belebihan dalam memberikan kasih sayangnya kepada orangtua namun orangtuanya membiarkan tingkah laku anaknya bahkan tidak memberikan perhatian.
2. Orangtua bersifat pasif, anak bersifat pasif
Orangtua maupun anak sudah jelas tidak saling memperhatikan. Mereka menjalani kehidupannya masing-masing. Orangtua hanya memenuhi materi si anak tanpa memberikan perhatian dan si anak juga tidak memberikan perhatian kepada orangtua.
3. Orangtua bersifat aktif, anak bersifat aktif
Dalam hal ini antara orangtua dan anak saling memberikan kasih sayang dan hubungan antara orangtua dan anak saling mencintai, saling menghargai, dan saling membutuhkan. Salah satu contohnya adalah kasih sayang seorang Ibu kepada bayinya saat sedang menyusui, menggendong, bahkan sampai menyanyikan anaknya meskipun bayi itu tidak paham.
C. Contoh – Contoh tentang Kasih Sayang
Ada macam-macam kasih sayang dalam kehidupan dan semua orangtua mengharapkan hidup anaknya bahagia. Dalam memberikan rasa kasih sayang kepada anaknya, orangtua mempunyai caranya masing-masing sesuai kemampuan dan pendapatnya. Cara yang dilakukan orangtua dalam memberikan kasih sayangnya ada yang berhasil tetapi banyak juga yang gagal.
Salah satu contohnya adalah bila orangtua menumpahkan kasih sayang secara berlebihan kepada anaknya, maka anak yang diberikan kasih sayang akan menjadi manja. Dikutip dalam sebuah cerita yang berjudul ‘Salah Asuhan’ karangan Abdul Muis. Dalam cerita tersebut dalam disimpulkan bahwa anak yang dimanjakan tidak akan menjadi anak yang baik, saleh, dan berbakti kepada orangtua. Walaupun ada beberapa anak yang masih bersifat baik namun anak yang dimanjakan cenderung tidak memiliki sifat yang baik.
Contohnya lainnya adalah jika orangtua tidak memberikan kasih sayangnya kepada sang anak, seperti pada hal orangtua pasif, anak akan merasa bahwa orangtuanya tidak peduli dengan kehadirannya dan anak tersebut jadi terbengkalai. Ia melakukan segala sesuatunya tanpa pengarahan dan tanpa pengawasan dari orangtua. Karena itu, kadang anak melakukan hal apa saja agar mendapatkan perhatian orangtuanya.
4. Kemesraan
A. Pengertian Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata mesra, yang artinya adalah perasaan simpati yang akrab. Kemesraan ialah hubungan yang akrab antara pria dan wanita yang sedang menjalin suatu hubungan maupun yang sudah menikah atau berumah tangga. Kemesraan adalah wujud dari rasa kasih sayang yang mendalam.
Seorang filsuf asal Rusia, Salovjef, dalam bukunya mengatakan “Jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara serius, ia terlempar ke luar dari cinta diri. Ia mulai hidup untuk orang lain”. Pernyataan dalam buku ini di dipaparkan oleh William Shakespeare dalam kisah “Romeo dan Juliet” dengan indah. Indonesia memiliki “Romeo dan Juliet” dengan judul “Roro Mendut-Pronocitro”.
B. Puisi tentang Kemesraan
Salah satu karya seni itu adalah puisi karya WS Rendra yang berjudul “Episode”. Puisi itu menjelaskan kemesraan telah masuk ke dalam sebuah pasangan. Berikut adalah puisi karya WS Rendra tersebut.
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya
pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami senang memandangnya.
Angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran.
Tiba-tiba ia bertanya:
“Mengapa sebuah kancing bajumu
lepas terbuka?”
Aku hanya tertawa.
lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu
aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.
Kemesraan tidak hanya muncul dari dalam lubuk hati individu tetapi dapat terlihat dari sinar kedua mata dan sentuhan dari mereka.
5. Pemujaan
A. Pengertian Pemujaan
Pemujaan berarti salah satu bentuk cinta manusia kepada Tuhannya yang dilakukan dalam bentuk ritual. Pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai, dan makna kehidupan karena Tuhanlah yang menciptakan alam semesta. Seperti dalam surah Al-Furqon ayat 59 sampai 60 yang artinya, “Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas ‘Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang-Nya. Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Sujudlah kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang”, mereka menjawab: “Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah kamiakan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya)?”, dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman).”
6. Belas Kasihan
A. Pengertian Belas Kasih
Dalam cinta ada istilah yang dinamakan belas kasihan. Kasihan sendiri berarti bersimpati kepada nasib atau keadaan orang lain. Kasihan atau rahmah berarti kita menaruh perhatian kepada situasi yang dialami dengan seseorang dan membantu mereka dalam menyelesaikan masalah mereka. Dalam surah Al-Qolam ayat 4 dijelaskan bahwa manusia menaruh belas kasihan kepada orang lain karena belas kasihan adalah perbuatan orang berbudi dan orang berbudi dipuji oleh Allah SWT. Manusia yang memiliki rasa belas kasihan adalah manusia yang hatinya tergugah dan Allah akan memuji orang yang memiliki budi yang baik.
B. Cara – Cara Menumpahkan Belas Kasih
Manusia memiliki berbagai macam cara untuk memberikan belas kasihnya bergantung kepada situasi dan kondisi orang yang dikasihaninya. Pangeran Sidharta menyatakan belas kasihan kepada rakyat dengan cara meninggalkan istana untuk menjadi biksu. Dalam kehidupan ini banyak hal yang harus kita kasihani seperti misalnya seseorang yang yatim piatu, orang-orang tua yang tidak mempunyai ahli waris, pengemis yang sudah tidak bisa bekerja, orang disabilitas, dan sebagainya. Kita sebagai makhluk sosial dapat membantu masalah mereka sesuai dengan kemampuan kita. Walaupun apa yang kita bantu dan kita berikan terhadap mereka hanyalah bantuan kecil, tetapi di mata Allah kita adalah manusia yang berbudi dan beriman.
7. Cinta Kasih Erotis
A. Pengertian Cinta Kasih erotis
Cinta kasih kesaudaraan adalah cinta antara orang yang sebanding. Cinta kasih ibu adalah cinta terhadap orang yang lemah. Kedua hal tersebut jelas perbedaannya namun kedua cinta tersebut sama-sama memiliki hakekat bahwa cinta kasih tidak terbatas kepada seseorang saja. Lainnya halnya dengan cinta kasih erotis.
Cinta kasih erotis adalah ketuntutan akan penyatuan yang sempurna dengan seorang lainnya. Cinta kasih erotis bersifat ekslusif dan dapat merupakan bentuk cinta yang paling tidak bisa dipercaya. Cinta kasih erotis sering dicampur dengan pengalaman ekslosif jatuh cinta yang maksudnya tembok yang sudah dibangun oleh sebuah pasangan akan runtuh karena mereka akan menjadi orang asing satu sama lain. Kemesraannya bersifat sementara saja karena tidak ada rintangan dihadapi oleh seseorang untuk menggapai cintanya dan tidak ada orang yang diperjuangkan. Apabila seorang individu memiliki perasaan terhadap individu lain maka pribadi orang lain tidak pernah begitu biasa untuknya.
Reference:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar